Archive

Author Archive

Kotak P3K

January 5, 2009 3 comments

Merujuk pada SNI-19-3994-1995, ada 3 bentuk kotak P3K. Masing-masing ditujukan untuk industry dengan jumlah pekerja dan tingkat resiko tertentu. Selengkapnya bisa dilihat di Brantas Abipraya 

Isi kotak P3K yang paling kecil – bentuk I – a.l.
10 gram kapas putih
1 rol pembalut gulung lebar 2.5 cm
1 rol pembalut gulung lebar 5 cm
1 pembalut segitiga (mitella)
1 pembalut cepat steril/snelverband
10 buah kassa steril ukuran 5×5 cm
1 rol plester lebar 2.5 cm
10 buah plester cepat (mis. Tensoplast, dll.)
1 buah gunting
1 buku catatan
1 buku pedoman P3K
1 daftar isi kotak P3K

dan obat-obatan a.l:
Obat pelawan rasa sakit (mis. Antalgin, Acetosai, dll)
Obat sakit perut (mis. Paverin, enterovioform, dll)
Norit
Obat anti alergi
Obat merah
Soda Kue
Obat tetes mata
Obat gosok

Kotak P3K di atas adalah untuk standar industry.

Bagaimana isi kotak P3K untuk standar rumahan atau di mobil ?
Dari situsnya Wyeth Indonesia tertera kelengkapan P3K  di rumah yang mesthi ada, a.l.:

Perban berbagai ukuran
Kapas
Kain kasa steril
Kantung es
Plester selebar 2.5 cm (1 in)
Termos air panas
Pinset penjepit
Termometer
Obat turun panas untuk anak-anak (ibuprofen atau asetaminofen —bukan aspirin)
Sirup ipecac. Zat perangsang muntah ini diberikan kepada anak bila terjadi keracunan. Hanya digunakan dengan petunjuk ahli kesehatan

Bagaimana menurut Anda ?

Categories: HSE Management

Pusat Pelayanan Masyarakat Terpadu

November 16, 2008 Leave a comment

Adakah emergency response centre buat masyarakat umum di Indonesia ? Yang saya maksudkan adalah semacam satu pintu yang bertugas menerima laporan masyarakat dan kemudian memobilisasi instansi-instansi yang diperlukan untuk menanggapi laporan itu. Mungkin sebutan yang pas adalah pusat pelayanan masyarakat terpadu.

Tulisan ini dipicu karena seminggu lalu, tepatnya 06 November 2008, di Blitar, saya melihat ketimpangan dalam menangani korban kecelakaan tabrak lari. Dari peristiwa itu saya mempunyai beberapa catatan antara lain:

1. Begitu terjadi kecelakaan, brakkkk….., kita-kita sebagai saksi mata bingung bagaiamana cara menghubungi polisi dengan cepat. Mau memanggil melalui telepon, pada enggak tahu nomor mana yang mesthi dipencet. Akhirnya polisi bisa dihubungi dengan mendatangi langsung ke pos terdekat mereka

2. Karena menunggu polisi terlalu lama, korban kecelakaan terpaksa dipinggirkan dari tengah jalan oleh orang-orang yang tidak kompeten dalam menangani korban… korban terpaksa digotong rame-rame…. mungkin saja lukanya malah tambah parah ketika diangkat banyak orang

3. Kira-kira 30 menit kemudian, seorang polisi baru muncul dengan mobil pick up bak terbuka. Kemudian dengan sikap yang cool abis… pak polisi minta bantuan beberapa saksi untuk mengangkat korban ke atas mobil bak terbuka itu untuk dibawa ke rumah sakit. Ngeri kalau ngelihat gimana kita – kita ngangkat orang yang jadi korban itu sampai dibaringkan di atas mobil bak terbuka. Tubuh korban diangkat bagaikan sebatang kayu gelondong saja. Mudah-mudahan cederanya tidak tambah parah gara-gara diangkat-angkat.

4. Properti milik para korban tabrak lari tidak ada yang menangani. Hanya kebaikan para saksi saja yang mengamankan properti ke dalam rumah mereka. Mudah-mudahan para saksi itu baik hati semua ya… Amin.

Bagaimana seharusnya system penanganan keluhan masyarakat itu ?

Di negara maju, mereka punya satu nomor sakti yang bisa dipanggil untuk melaporkan berbagia macam keluhan masyarakat. Misalnya menerima laporan adanya kecelakaan, kebakaran, sakit mendadak, pencurian dan lain-lain. Cukup dengan memanggil nomor 999, misalnya, semua pengaduan masyarakat diterima seorang petugas dan akan diinformasikan kepada instansi yang terkait. Dalam kasus kecelakaan seperti di atas, dengan sekali memberikan informasi ke nomor 999, polisi akan datang bersama ambulan dan petugas medisnya.

Apa nggak bisa sih, kita negara Indonesia meng copy paste system seperti di atas ? Yang diberlakukan secara unik pada tipa daerah ?

Mudah-mudahan saja tulisan ini dibaca oleh para wakil rakyat atau para calon gubernur dan calon presiden republik Indonesia yang lagi pada kampanye. Mudah-mudahan saja masyakarat di Indonesia mau menagih ini kepada para wakil rakyat dan pemimpin yang dipilhnya…

Emergency Kit

October 5, 2008 Leave a comment

Apakah yang harus dibawa sebagai “emergency kit” selama mengadakan perjalanan jauh dengan kendaraan ?

Pertanyaan tersimpan dalam benak kami, ketika pulang dari umroh selama 10 hari terakhir romadhon, sebuah musibah dialami teman kami dalam perjalanan pulang. Anaknya yang masih bayi berusia 6 bulan tersiram air panas. Untungnya –type jawa banget yah… mendapat musibah masih untung- yang terkena hanya sebatas paha kebawah. Tetapi lumayan parah, paha di sebelah kaki kiri bayi melepuh. Sungguh tangisan si bayi sangat menyayat hati. Apalagi kejadiannya menjelang subuh. Berawal dari niat baik sang ayah yang memberikan teh panas kepada si ibu yang sedang menggendong bayinya. Ternyata niat baik itu adalah tindakan kecerobohan. Begitu kejadian kita pada nggak tahu mesthi berbuat apa. Segera saja sang ibu menyiramkan air dingin ke bagian yang tersiram air panas. Maksudnya mentralisir panas itu. Kemudian datang seorang yang menyarankan memberikan olesan kecap ke permukaan kulit yang tersiram –katanya agar nggak melepuh, sesuai dengan tips yang dia dapat di majalah femina… benar nggak sih ?-. Kemudian kita ingat ada suami isteri perawat yang berada dalam rombongan kita. Kita bangunkan mereka dan selanjutnya mereka mengambil inisiatif pertolongan pertamanya. Pernyataan pertama yang muncul dari bapak perawat adalah bahwa dia menyimpan “emergency kit” di dalam tas, barangkali disitu ada cream buat luka bakar. Ternyata setelah dicari-cari, cream tersebut tidak ketemu. Untug – eh untung lagi – ada seorang anggota rombongan yang menyimpan cream di dalam kopernya. Setelah di cek oleh si bapak perawat, cream tersebut applicable buat luka bakar. Alhamdulillah…

Pengalaman ini memberi pelajaran bagus buat saya sendiri, bahwa kalau mengadakan perjalanan rombongan itu alangkah baiknya kalau kita mengenal semua anggota rombongan dan tahu expertise apa yang dimiliki oleh para anggota rombongan. Misalnya ada yang dokter atau perawat, kan bisa diminta pertolongannya tuh saat-saat emergency. Kedua, ketika mengadakan perjalanan jauh sebaiknya disiapkan terlebih dahulu emergency kit yang berguna untuk memberikan pertolongan pertama bila terjadi kecelakaan dan luka-luka.

Pertanyaannya, emergency kit yang bagaimana yang mesthi dibawa ?

Categories: HSE Management Tags:

Safety at home

September 16, 2008 1 comment

Today morning i was reading a newspaper with a big advertisement of an apartment in the downtown of Sharjah, UAE. Other than promoting the leisure and luxury facilities they have, they comes up with the safety concerns they have taken. As said in the ad., they are offering safety system including sprinkles and zoned alarm system, high quality of electrical and mechanical standard and services, etc.

Nowdays safety become concern of everybody, and the people awareness on their own safety are increasing. Eventhough, it’s still question mark for me, is the safety system which offered by the property developer sufficient enough ?

In my apartment, I have all the safety facility similiar with the advertisement said plus availabilty of fire extinguisher, fire blanket, etc. But I am still wondering, if i had fire in the kitchen, will my family able to extinguish the fire? So, the safety training to our family is also very important to ensure that we are already doing everything to prevent any fire accident at home. And for the apartment management, should they also have to offer safety drill / mock drill for all the tenants ?

Any other idea ?

Categories: HSE Management Tags:

Safety on the road

September 14, 2008 Leave a comment

What are we really need to do to ensure safety in the road ? This question comes up to me after I got accident last week. Thanks God, everybody was safe without any injuries. To have a safe driving, some safety recommendation and rule saying to wear safety belt, avoid talking whilst driving, avoid receiving the mobile phone while driving, keep distance with the other vehicle, pre use check on the engine /tyre before driving, etc. All of those saying rule are true.

Indeed, I would like to add one more, based on my own experience; driving should be with emotionally stable. Don’t be in a hurry and focus on the road while driving. When your mind not 100% focus 0n the road, then it is unsafe. For example, after having so much argue with your wife or your friends then you have to let your mind settle down. Take a cup of water, let your mind settle down, then you can start your car.

Any other idea ?

Categories: HSE Management Tags:

You are your own Safety Manager

September 11, 2008 2 comments

Do you agree that you are responsible for your own safety ?

Statistic shown that the accident is involving the human factor as the main causes. Most causes of motor vehicle accidents are completely avoidable. For example, a large number of car accidents every year were caused by driving drunk, car accident statistics show that many car accidents (81%) were at least partially caused by the driver talking with other passengers in the car. It is interesting to know that the aviation accident was caused mostly by pilot error, despite of availability the advanced aviation technology.

Industrial accidents like fire, explosion etc is indirectly related to the human factor in the form of poor maintenance, poor management and some negligance action of the employees. Explosion in Bopal, India 1984 was the obvious disaster we should never forget. And may be we found some accident in our working place, resulting minor injury until the fatalities.

If we are aware that all of the above accident were caused by human factor, and of course avoidable, then we should agree that You are your own safety manager. So, from now on, start thingking safety, and do it safely, because you are your own safety manager.

Any other idea ?

Categories: HSE Management Tags:

Hierarchy of Controls Measures

September 9, 2008 4 comments

The hierarchy of control measures is a tool used to control risks in the workplace, where all possible control options are ranked by order of effectiveness. The hierarchy of control is a useful tool, as the order tells you which of types of control measure provides a better level of risk control. The higher in the hierachy of control, the better and more reliable the control is. Preferably use control measures which are presented first, so far as is reasonably practicable. The reason that the first three are more effective is because they are examples of safe place strategies, whereas the last three examples of safe person strategies.

ERIC PD

Eliminate is where the job is redesigned so as to remove the hazard. However, the alternative methode should not lead to less acceptable product or less effective process. It is started from the design phase of the project, so far as is reasobly practicable, by providing the proper technology OR creating the regulation from the authority to avoid working at high risk. An example would be the Work at Height Regulation which require us to avoid working at height, so far as is reasonably practicable. An example of this would be window cleaners who now use a telescopic pole to clean first floor window from the ground floor.

If Hazard elimination is not succesful or not practicable, the next control measure is:

Reduce: a good example would be the use of reduced time exposure when using vibrating tools or with significant problems. Substitution replacing the material or process with less hazardous one. For example, a pathogenic organism could be replaced by a non pathogenic strain of organism. Change the use of powder for the liquid alternative.

If no suitable practical replacement is available, the next control measure is:

Isolation: physically separating the hazards from operator by methods such as enclosing or guarding dangerous items of machinery, or the use of edge protection when working at height.

Controls:

Engineering Controls installing or using additional machinery, such as local exhaust ventilation, to control the risk

Safe System of Work: an example of this could include the prohibtion of eating, dringking and smoking in the work places, the provisions of training and the performance of risk assesment.

Personal Protective Equipment (PPE): this is the last resort. PPE may be used as a temporary control measure until other alternative are installed.

In most cases a combination of engineering controls, administrative procedure and PPE are choosen to control the risks. Where PPE is the main control method it should be (where practical) used in conjunction with another method of PPE and safe work practices.

Discipline: this involve the communication of clear safety rules, use of safety signs to remind people of site rules and manager/supervisor setting a good example. Ultimately, discipline involve resorces to the company’s disciplinary procedures.

Any other idea ?

Categories: HSE Management, NEBOSH Tags: ,

Process Safety

September 9, 2008 Leave a comment

In the hierarchy of control we are familiar with the term of ERIC PD

E     Eliminate

R     Reduce

I      Isolation

C     Controls

P     PPE

D     Discipline

The first three are the area of the Process Safety, where a Process Safety Engineer is working to apply safe place strategy. Whereas the last three are safe person strategy, it’s the area of the Health, Safety and Environment organization where the responsible person are controlling and monitoring the implementation of safety standards in the workplace.

Any other idea ?

Mengakhirkan dan meninggalkan sholat

June 21, 2008 Leave a comment

Saudara-saudara Rahimakumullah, ketahuilah bahwa sesungguhnya bencana yang dahsyat, perbuatan yang paling buruk, dan aib yang paling nista adalah kurangnya perhatian masyarakat kita pada Sholat Lima Waktu, Sholat Jum’at dan Sholat Berjamaah, padahal semua itu adalah ibadah-ibadah yang dengannya Allah meninggikan derajat dan menghapuskan dosa-dosa maksiat. Dan sholat adalah cara ibadah seluruh penghuni bumi dan langit. Rasulullah SAW bersabda:

“Langit merintih dan memang ia pantas merintih, karena pada setiap tempat untuk berpijak terdapat malaikat yang bersujud atau berdiri (sholat) kepada Allah Azza Wa Jalla.” (HR. Imam Turmudzi, Ibnu Majah dan Ahmad)

Orang yang meninggalkan sholat karena dilalaikan oleh urusan dunia akan celaka nasibnya, berat siksanya, merugi perdagangannya, besar musibahnya, dan panjang penyesalannya.

Dengarkanlah nasihatku tentang nasib orang yang meninggalkan sholat, baik semasa hidup maupun setelah meninggal. Sesungguhnya Allah merahmati orang yang mendengarkan nasihat kemudian memperhatikan dan mengamalkannya.

Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya sholat adalah kewajiban yang ditentukan waktunya bagi orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa’, 4:103)

Abu Hurairah RA meriwayatkan, “Setelah Isya’ aku bersama Umar bin Khattab RA pergi ke rumah Abu Bakar AsShiddiq RA untuk suatu keperluan. Sewaktu melewati pintu rumah Rasulullah SAW, kami mendengar suara rintihan. Kami pun terhenyak dan berhenti sejenak. Kami dengar beliau menangis dan meratap.”

“Ahh…, andaikan saja aku dapat hidup terus untuk melihat apa yang diperbuat oleh umatku terhadap sholat. Ahh…, aku sungguh menyesali umatku.”

“Wahai Abu Hurairah, mari kita ketuk pintu ini,” kata Umar RA. Umar kemudian mengetuk pintu. “Siapa?” tanya Aisyah RA. “Aku bersama Abu Hurairah.”

Kami meminta izin untuk masuk dan ia mengizinkannya. Setelah masuk, kami lihat Rasulullah SAW sedang bersujud dan menangis sedih, beliau berkata dalam sujudnya:

“Duhai Tuhanku, Engkau adalah Waliku bagi umatku, maka perlakukan mereka sesuai sifat-Mu dan jangan perlakukan mereka sesuai perbuatan mereka.”

“Ya Rasulullah, ayah dan ibuku menjadi tebusanmu. Apa gerangan yang terjadi, mengapa engkau begitu sedih?”

“Wahai Umar, dalam perjalananku ke rumah Aisyah sehabis mengerjakan sholat di mesjid, Jibril mendatangiku dan berkata, “Wahai Muhammad, Allah Yang Maha Benar mengucapkan salam kepadamu,” kemudian ia berkata, “Bacalah!”

“Apa yang harus kubaca?”

“Bacalah: “Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan sholat dan memperturutkan hawa nafsunya, mereka kelak akan menemui kesesatan.” (QS. Maryam, 19:59)

“Wahai Jibril, apakah sepeninggalku nanti umatku akan mengabaikan sholat?”

“Benar, wahai Muhammad, kelak di akhir zaman akan datang sekelompok manusia dari umatmu yang mengabaikan sholat, mengakhirkan sholat (hingga keluar dari waktunya), dan memperturutkan hawa nafsu. Bagi mereka satu dinar (uang) lebih berharga daripada sholat.” Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Umar RA.

Abu Darda` berkata, “Hamba Allah yang terbaik adalah yang memperhatikan matahari, bulan dan awan untuk berdzikir kepada Allah, yakni untuk mengerjakan sholat.”

Diriwayatkan pula bahwa amal yang pertama kali diperhatikan oleh Allah adalah sholat. Jika sholat seseorang cacat, maka seluruh amalnya akan ditolak.

Rasulullah SAW bersabda: “Wahai Abu Hurairah, perintahkanlah keluargamu untuk sholat, karena Allah akan memberimu rezeki dari arah yang tidak pernah kamu duga.”

Atha’ Al-Khurasaniy berkata, “Sekali saja seorang hamba bersujud kepada Allah di suatu tempat di bumi, maka tempat itu akan menjadi saksinya kelak di hari kiamat. Dan ketika meninggal dunia tempat sujud itu akan menangisinya.”

Rasulullah SAW bersabda: “Sholat adalah tiang agama, barang siapa menegakkannya, maka ia telah menegakkan agama, dan barang siapa merobohkannya, maka ia telah merobohkan agama.” (HR. Imam Baihaqi)

“Barang siapa meninggalkan sholat dengan sengaja, maka ia telah kafir.” (HR. Bazzar dari Abu Darda`)

Kafir yang dimaksud disini adalah ingkar terhadap perintah Allah karena perbuatan orang kafir adalah tidak pernah shalat. Dalam Shahih Muslim dijelaskan bahwa Rasulullah saw bersabda yang membedakan antara orang beriman dengan orang kafir adalah shalat. Maka maukah kita disamakan dengan orang kafir, padahal Rasulullah saw bersabda “Barang siapa mengikuti kebiasaan suatu kaum maka dia termasuk kaum tersebut”. Orang-orang kafir adalah orang yang tidak pernah shalat, maukah kita termasuk golongan mereka.

“Barang siapa bertemu Allah sedang ia mengabaikan sholat, maka Allah sama sekali tidak akan mempedulikan kebaikannya.” (HR. Thabrani)

“Barang siapa meninggalkan sholat dengan sengaja, maka terlepas sudah darinya jaminan Muhammad.” (HR. Imam Ahmad dan Baihaqi)

“Allah telah mewajibkan sholat lima waktu kepada hamba-Nya. Barang siapa menunaikan sholat pada waktunya, maka di hari kiamat, sholat itu akan menjadi cahaya dan bukti baginya. Dan barang siapa mengabaikannya, maka ia akan dikumpulkan bersama Firaun dan Haman.” (HR. Ibnu Hibban dan Ahmad) .

Dikutip dari Kitab Habib Hasan bin Sholeh Al-Bahr Al-Jufri

 

Categories: Muslim things

Rahasia Sholat Dhuha

June 16, 2008 2 comments

Republika Senin, 09 Juni 2008

Rahasia Shalat Dhuha

Oleh : Amir Faishol Fath


Allah SWT dalam beberapa ayat bersumpah dengan waktu dhuha. Dalam
pembukaan surat Assyams, Allah berfirman, ”Demi matahari dan demi waktu
dhuha.” Bahkan, ada surat khusus di Alquran dengan nama Addhuha.
Pada pembukaannya, Allah berfirman, ”Demi waktu dhuha.” Imam Arrazi
menerangkan bahwa Allah SWT setiap bersumpah dengan sesuatu, itu
menunjukkan hal yang agung dan besar manfaatnya. Bila Allah bersumpah
dengan waktu dhuha, berarti waktu dhuha adalah waktu yang sangat penting.
Benar, waktu dhuha adalah waktu yang sangat penting. Di antara doa
Rasulullah SAW: Allahumma baarik ummatii fii bukuurihaa. Artinya, ”Ya
Allah berilah keberkahan kepada umatku di waktu pagi.”
Ini menunjukkan bahwa orang-orang yang aktif dan bangun di waktu pagi
(waktu subuh dan dhuha) untuk beribadah kepada Allah dan mencari nafkah
yang halal, ia akan mendapatkan keberkahan. Sebaliknya, mereka yang
terlena dalam mimpi-mimpi dan tidak sempat shalat Subuh pada waktunya, ia
tidak kebagian keberkahan itu.
Abu Dzar meriwayatkan sebuah hadis. Rasulullah SAW bersabda, ”Bagi
tiap-tiap ruas anggota tubuh kalian hendaklah dikeluarkan sedekah baginya
setiap pagi. Satu kali membaca tasbih (subhanallah ) adalah sedekah, satu
kali membaca tahmid (alhamdulillah) adalah sedekah, satu kali membaca
takbir (Allahu Akbar) adalah sedekah, menyuruh berbuat baik adalah
sedekah, dan mencegah kemungkaran adalah sedekah. Dan, semua itu bisa
diganti dengan dua rakaat shalat Dhuha.” (HR Muslim).
Aisyah menceritakan bahwa Rasulullah SAW selalu melaksanakan shalat Dhuha
empat rakaat. Dalam riwayat Ummu Hani’, ”Kadang Rasulullah SAW
melaksanakan shalat Dhuha sampai delapan rakaat.” (HR Muslim). Imam
Attirmidzi dan Imam Atthabrani meriwayatkan sebuah hadis yang menjelaskan
bahwa bila seseorang melaksanakan shalat Subuh berjamaah di masjid, lalu
ia berdiam di tempat shalatnya sampai tiba waktu dhuha, kemudian ia
melaksanakan shalat Dhuha, ia akan mendapatkan pahala seperti naik haji
dan umrah diterima. Para ulama hadis merekomendasikan hadis ini
kedudukannya hasan.
Jelaslah bahwa shalat Dhuha sangat penting bagi orang beriman. Penting
bukan karena–seperti yang banyak dipersepsikan- -shalat Dhuha ada
hubungannya dengan mencari rezeki, melainkan ia penting karena sumpah
Allah SWT dalam Alquran. Maka, sungguh bahagia orang-orang beriman yang
memulai waktu paginya dengan shalat Subuh berjamaah di masjid, lalu
dilanjutkan dengan shalat Dhuha.

Categories: Muslim things